Dia seorang perempuan usia 30-an tengah hidup senang-senangnya dengan sang suami. Waktu berjalan terus kehidupan pun demikian sampai pada usia perkawinan mereka sudah berlangsung sekian lama akhirnya mereka memiliki dua orang anak... yang dibesarkan ditengah ekonomi keluarga sulit. Sampai ketika mereka berhasil menemukan..kehidupan barunya dengan peningkatan ekonomi keluarga mereka tergolong cukup mampu sekarang.
Konflik rumah tangga pun mulai
nampak. Perempuan itu seperti sangat ketakutan kehilangan suaminya..segala
tindak-tanduk sang suami selalu diperhatikan bahkan ketika suaminya di tengah
saudaranya pun selalu ia perhatikan..seolah-olah orang lain tidak boleh berbicara
dengan sang suami, suaminya tidak boleh berteman dengan lainnya..selalu dia
gagalkan dengan segala cara, bahkan sang Istri tidak peduli lagi dengan
keluarga di sekelilingnya..orang tuanya pun terabaikan, di pikiran,hati dan
jiwanya hanya suaminya..suaminya dan suaminya... Inikah namanya Pengabdian
seorang Istri terhadap seorang suami? Alangkah
sangat naif jika kita perempuan bertindak seperti Apatis dengan orang
lain/keadaan lain karena mengagungkan seorang suami..?
Dari segi agama, memang benar
sorang istri mengabdi penuh pada suaminya tapi dengan begitu apakah perempuan
itu harus bersikap APATIS dengan sekelilingnya? TIDAK, sama seklai Tidak dengan
cara begitu.. Kita dituntut mengabdi pada suami tapi kita juga harus bisa
bermuamalah/berhubungan baik dengan lainnya terutama di lingkungan keluarga
kedua belah pihak. Apkah itu termasuk penyakit kejiwaan terlalu takut
kehilangan suami dan menjadi APATIS terhadap sekeliling? Kemungkinan besar YA
jawabannya. Karena memiliki perasaan seperti itu artinya perempuan jiwanya tak
tenang dan emosinya tak terkendali dan selalu dibayang-bayangi paranoid..sehingga
itu yang membuat dia tidak mau tau dengan lingkungan sekelilingnya..sungguh
memprihatinkan..!! Apakah solusinya? Belajar
melakukan IBADAH yang IKHLAS dan semata-mata hanya untuk mendapatkan ridho-NYA
bukan IBADAH karna minta ALLOH jangan pisahkan dengan suaminya. (Fanni)
Written in Oct 27 2012, Fanni M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar